25 April 2009

PROSESE TERJADINYA KARIES & PENTINGNYA KESEHATAN RONGGA MULUT

Gigi adalah salah satu organ vital yang dimiliki tubuh. Jika tidak dijaga dengan baik, pengunyah dan sekaligus pelengkap nada bicara ini bisa rusak. Penyebab awalnya, muncul karang gigi, plak menumpuk menjadi karies. Karies gigi merupakan penyakit kebudayaan yang telah menyebar luas dan bisa dicegah tetapi sebagian besar penduduk dunia pernah terserang penyakit ini. Prevelensi dan kebutuhan perawatannya menyebabkan timbulnya profesi yang telah berusaha sekuat tenaga mengusahakan perawatan Pengetahuan mengenai etiologi dan cara penyebarannya ke seluruh bagian gigi telah menyediakan dasar-dasar ilmiah bagi upaya pencegahan dan memungkinkan dilakukannya pendekatan yang rasional.

Karies dentis sebenarnya berasal dari bahasa Latin, Berarti ‘lubang gigi’ dan ditandai oleh rusaknya email dan dentin yang progresif yang disebabkan oleh keaktifan metabolisme plak bakteri. Proses karies mulai dari permukaan gigi dan terus berpenetrasi makin kedalam.

Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan terbesar luas di sebagian penduduk dunia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Eropa dan Asia disimpulkan 90-100 persen anak-anak di bawah usia 18 tahun terserang karies gigi. Namun pada saat ini banyak orang dewasa yang terserang penyakit karies gigi tersebut. Timbulnya karies gigi antara lain kurangnya perhatian masyarakat atau pribadi akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta didorong pola konsumsi bahan makanan yang dapat memicu timbulnya serangan karies gigi.

Pengertian

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman Perunggu, zaman Besi, dan masa pertengahan. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.

Karies gigi adalah lubang gigi. Ada beberapa teori tentang bagaimana karies bisa terbentuk. Diantara yang paling populer adalah teori acidogenik (asam). Dalam teori acidogenik, karies terjadi karena permukaan terluar gigi yaitu email dihancurkan oleh asam. Gula terutama sukrosa akan diragikan oleh bakteri yang terdapat pada plak menjadi asam. Asam ini akan melarutkan email sehingga terbentuklah lubang gigi. Bisa diibaratkan lantai rumah yang terus menerus diberi pembersih yang mengandung asam yang kuat, maka lantai tersebut akan menjadi korosi.

Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi. Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjad lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, terkadang diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu merusak gigi.

Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Asam yang diproduksi tersebut mempengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.

Jenis-jenis karies gigi

Berdasarkan tempat terjadinya karies gigi, ia dapat dibahagikan seperti berikut:

Jenis

Keterangan

Karies inspiens

Karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel.

Karies superfisialis

Karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang terasa sakit.

Karies media

karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bahagian pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam dan manis.

Karies profunda

Karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan. Pada tahap ini apabila tidak dirawat,maka gigi akan mati dan memerlukan rawatan yang lebih kompleks.

2.2 Proses terjadinya karies

Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi pada email. Seperti kita ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi, bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi.

Tahap-tahap terjadinya karies

1. Gigi yang sehat

Email adalah lapisan luar yang keras seperti kristal luar. Dentin adalah lapisan yang lebih lembut di bawah email. Kamar pulpa berisi nerves dan pembuluh darah. Merupakan bagian hidup dari gigi.

2. Lesi putih

Bakteri yang tertarik kepada gula dan karbohidrat akan membentuk asam. Asam akan menyerang crystal apatit proses ini dikenal dengan proses demineralisasi. Tanda yang pertama ini ditandai dengan adanya suatu noda putih atau lesi putih. Pada tahap ini, proses terjadinya karies dapat dikembalikan.

3. Karies email

Proses demineralisasi berlanjut email mulai pecah. Sekali ketika permukaan email rusak, gigi tidak bisa lagi memperbaiki dirinya sendiri. Kavitas harus dibersihkan dan direstorasi oleh dokter gigi.

4. Karies Dentin

Karies sudah mencapai ke dalam dentin, dimana karies ini dapat menyebar dan mengikis email.

5. Karies Mencapai Pulpa

Jika karies dibiarkan tidak dirawat, akan mencapai pulpa gigi. Disinilah dimana saraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa akan terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari nanah) dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus.

Tanda dan gejala

Dental explorer adalah salah satu alat diagnostik karies.

Dental explorer adalah salah satu alat diagnostik karies.

Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses sebelum ini dapat kembali ke asal (reversibel), namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.

Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan nafas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.

Diagnosis

Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dulu dibantu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.

Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai untuk demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan pada eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.

Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optis/ Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.

Karies (caries) adalah penyakit multifaktorial yang meliputi (Keyes 1960): 1. Host : Gigi & saliva 2. Agent : Bakteria kariogenik 3. Environment : Substrat (Sukrosa) 4. Waktu

Gigi

Struktur gigi

Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.

Morfologi Gigi

Plak yang mengandung bakteri marupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan tersebut yaitu:

a. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar dan pit palatal insisif.

b. Permukaan halus di daera proksimal sedikit di bawah titik kontak

c. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva

d. Pemukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodontium

e. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper

f. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan

Bakteri

Progres karies pada enamel dan dentin.

Preparat Streptococcus mutans.

Preparat Streptococcus mutans.

Ada empat hal utama yang berpen garuh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.

Telah diketahui bahwa mikroorganisme penyebab karies gigi adalah bakteri Streptococcus mutans. Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk melekat dan berkolonisasi pada jaringan mulut (Brady, 1992), hal ini karena Streptococcus mutans mempunyai berbagai polimer permukaan sel sebagai bahan antigen yang dikenal sebagai antigen B, 1/I1, IF, Pac, SR, P1 (Matshusita, 1994). Antigen tersebut berperan sebagai adhesin yang memiliki reseptor pada salah satu komponen saliva yang dikenal sebagai reseptor adhesin sehingga terjadi interaksi antara bakteri dengan saliva yang dapat membentuk lapisan biofilm di permukaan gigi atau bahan restorasi sehingga menghantar terjadinya proses kolonisasi.

Bakteri Streptococcus mutans dapat berikatan dan beragregasi dengan berbagai molekul saliva seperti: sIgA, B2, mikroglobulin, histidin rich polipeptides, glikoprotein 60 kD dan glikoprotein dengan berat molekul tinggi. Khusus untuk antigen Pac diketahui dapat berikatan dengan protein saliva dengan berat molekul 28000 kD, lisozim dan a amilase. Protein saliva yang berikatan dengan molekul Pac tersebut dikenal dengan agglutinin saliva sebagai media perlekatan (adherensi) bakteri Streptococcus mutans (Nakai dkk, 1993).

Karbohidrat yang dapat difermentasikan

Bahan makanan (karbohidrat) dapat memicu terjadinya karies gigi harus kontak dengan permukaan gigi dalam waktu cukup lama. Karbohidrat ini apabila terdapat dalam jumlah cukup besar, sering dikonsumsi, terutama jenis yang lengket atau melekat pada gigi , maka kemungkinan terjadinya karies juga cukup tinggi. Ada jenis karbohidrat yang dijumpai, yaitu : tepung polisakarida, sukrosa dan glukosa, dimana sukrosa paling mudah menyebabkan terjadinya karies atau lubang gigi.

Karbohidrat ini dapat dijumpai pada hampir semua makanan, sedangkan makanan atau pada jajanan yang disukai pada anak-anak banyak dijumpai pada makanan : permen, coklat, kue-kue dan gula. Sedangkan karbohidrat dalam buah-buahan tidak menimbulkan karies, karena jumlahnya tidak banyak. Meskipun karbohidrat dapat menyebabkan karies, namun demikian kita tidak perlu takut untuk mengkonsumsinya, asalkan kita rajin membersihkan dan merawat gigi kita dengan baik dan benar.

Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.

Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstrasel. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menrunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email.

Sintesa polisakarida ekstrasl dari sukrosa lebih cepat ketimbang glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Dan karena sukrosa merupakan gula yan paling banyak diknsumsi maka sukrosa merupakan penyebab karies utama.

Waktu

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.

Faktor lainnya

Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.

Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis.

Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat mempengaruhi produksi air liur. Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.

Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.

PLAK

Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan tebentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang besih dilapisi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan tebentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi. Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama yang terbentuk kokus. Yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain.

2.4 Perawatan dan Pencegahan

Gigi yang mudah sekali terserang karies adalah gigi sulung (gigi anak). Hal ini disebabkan karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi tetap). Oleh karena itu, pencegahan kerusakan gigi harus dilakukan sedini mungkin.

Karies sangat sering terjadi pada gigi-gigi geraham, terutama pada permukaan kunyah, karena pada permukaan tersebut terdapat parit-parit kecil yang cukup dalam sehingga permukaan sikat gigi tidak dapat menjangkaunya dan mengakibatkan penumpukan sisa makanan di parit tersebut. Pencegahan karies bisa dilakukan dengan menutup parit-parit tersebut dengan suatu bahan restorasi sebelum karies terjadi.

Perawatan

Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan karies.

Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan karies.

Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan.[1] Untuk lesi yang jecukm florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaha struktur lainnya dan mencegah perusakan lebih lanjut.

Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro, atau onat lainnya dapat meredam nyeri. Pembuangan bor dapat membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat membersihkan lubang dengan baik. Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsionalitas dan keadaan estetikanya.

Material untuk penyembuhan meliputi amalgam, resin untuk gigi, porselin, dan emas. Resin dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih sering digunakan.

Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.

Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi. Terapi kanal gigi atau terapi endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi, pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material seperti karet yang disebut gutta percha.

Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.

Pencegahan

Menggosok gigi adalah salah satu tindakan pencegahan karies.

Menggosok gigi adalah salah satu tindakan pencegahan karies.

Kebersihan mulut

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik. Kebersihan mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri.

Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.

Pengaturan makanan

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan. Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri.

Pengonsumsian permen karet dengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di Finlandia. Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.

Perlatan medis untuk memberi florida pada gigi.

Perlatan medis untuk memberi florida pada gigi.

Tindakan pencegahan lainnya

Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi. Florida dapat membuat enamel resisten terhadap karies. Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.

Beberapa faktor penyebab karies

1. Host gigi dan saliva

2. Agent : Bakteria kariogenik 3. Environment : Substrat (Sukrosa) 4. Waktu

1. Host gigi dan saliva

Gigi adalah bagian tubuh yang terkeras dan terkuat dari anggota tubuh lainnya. Bahkan jika dibandingkan dengan tulang sekalipun. Hanya saja kelemahan dari gigi adalah tidak tahan terhadap serangan asam dan jika rusak — ia tidak mempunyai daya reparatif (memperbaiki diri sendiri) sebagaimana anggota tubuh lainnya. Karena itu sekali lubang gigi terbentuk maka tidak ada jalan lain untuk mengembalikannya ke keadaan semula kecuali dengan ditambal. Sedangkan untuk mencegah terbentuknya karies maka pencegahan pertama adalah dengan mengurangi aktivitas fermentasi gula menjadi asam oleh bakteri yaitu mengurangi akumulasi plak dengan menggosok gigi setiap hari dan teliti setiap permukaan gigi sudah tersikat.

2. Agent : Bakteria kariogenik

Walaupun penyebabnya rnultifaktor, namun dapat dikatakan bahwa pemicu terjadinya Ieries gigi adalah bakteri kariogenik Streptococcus mutans, terutama S. mutans serolipe c (Schachtele, 1990). S. mutans mempunyai sistem enzim yang dapat mensintesis gluten dari sukrosa. Enzim yang berperan adalah glukosiltransferase (GTF) yang terdapat di dalam dinding selnya (Lehner, 1992). Glukan ikatan glikosidik a(1-3) yang disintesis oleh GTF, merupakan prekursor pembentuk plak gigi (Schachtele, 1990).

3. Environment : Substrat (Sukrosa)

Bahan makanan (karbohidrat) dapat memicu terjadinya karies gigi harus kontak dengan permukaan gigi dalam waktu cukup lama. Karbodidrat ini apabila terdapat dalam jumlah cukup besar, sering dikonsumsi, terutama jenis yang lengket atau melekat pada gigi , maka kemungkinan terjadinya karies juga cukup tinggi. Ada jenis karbohidrat yang dijumpai, yaitu : tepung polisakarida, sukrosa dan glukosa, dimana sukrosa paling mudah menyebabkan terjadinya karies atau lubang gigi.

Karbohidrat ini dapat dijumpai pada hampir semua makanan, sedangkan makanan atau pada jajanan yang disukai pada anak-anak banyak dijumpai pada makanan : permen, coklat, kue-kue dan gula. Sedangkan karbohidrat dalam buah-buahan tidak menimbulkan karies, karena jumlahnya tidak banyak. Meskipun karbohidrat dapat menyebabkan karies, namun demikian kita tidak perlu takut untuk mengkonsumsinya, asalkan kita rajin membersihkan dan merawat gigi kita dengan baik dan benar.

Berbagai jenis makan yang kita makanan telah diketahui dapat mencegah terjadinya karies gigi. Makanan tersebut, antara lain :

a. Makanan yang mengandung Kalsium, fosfor dan vitamin terutama vitamin Central dan D.

Pada umumnya jenis-jenis makanan yang mengandung bahan tersebut antra lain susu, telur dan buah-buahan. Makanan yang mengandung kalsium, fosfor dan vitamin Central, D dapat menguatkan gigi, sehingga gigi tidak mudah terjadi karies atau lubang gigi.

b. Makanan yang mengandung protein

Protein juga telah diketahui dapat menghambat terjadinya proses karies atau kerusakan gigi oleh kuman dan asam. Adapun makanan yang kaya akan kandungan protein antara lain : tahu, tempe, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, susu, roti dan lain sebagainya.

c. Makanan yang mengandung lemak

Lemak dapat mencegah terjadinya karies atau lubang gigi karena dapat membentuk lapisan minyak pada permukaan gigi, sehingga gigi menjadi licin dan karbohidrat sulit melekat pada gigi. Sebagai contoh orang-orang Eskimo yang mempunyai kebiasaan makan ikan laut yang banyak mengandung minyak ikan, menyebabkan orang tersebut jarang terserang karies.

d. Sayur-sayuran

Sayura-sayuran terutama bayam, selada mempunyai kandungan yang disebut nitrat. Bahan ini dapat menghalangi atau menghambat kerja bakteri penyebab karies. Apabila kita makan banyak sayuran, maka bakteri penyebab karies tersebut sulit untuk menimbulkan kerusakan pada gigi.

e. Makanan yang mempunyai daya pembersih

Makanan yang mempunyai daya pembersih gigi banyak terdapat pada makanan yang berserat. Pada saat kita kunyak makanan ini akan membersihkan gigi dari penyebab karies. Makanan ini banyak terdapat pada apel, jeruk, seledri, jambu dan sebagainya. Makanan ini baik kita makan sesudah makan atau diantara waktu makan. Namun demikian meskipun kita sudah makan makanan berserat bukan berarti kita tidak harus menyikat gigi setelah makan. Sikat gigi harus tetap kita lakukan untuk mencegah terjadinya karies.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka selain sikat gigi kita juga harus memperhatikan dan menjaga makanan yang kita makan sehari-hari. Makanan tersebut hendaknya mengandung bahan-bahan makanan yang mengandung bahan di atas. Selain itu pengaruh makanan tterhadap timbulnya karies juga ditentukan oleh macam makanan yang dimakan, jumlah makanan yang dimakan, kapan kita makan makanan itu, urutan makanan itu dimakan dan makanan tersebut dipersiapkan. Hal itu berhubungan dengan ada tidaknya karbohidrat yang ada dalam makanan yang kita makan, jumlah karbohidrat ynag dimakan dan kapan makanan yang mempunyai daya bersih kita makan.

4. Waktu

Waktu berperan pada perkembangan karies, dimana setelah seseorang mengkonsumsi gula atau karbohidrat/substrat makan terjadi penumpukan sisa makanan, jika tidak dibersihkan terjadi penumpukan sisa makanan yang nantinya menarik bakteri dan bakteri akan memetaboisme menjadi asam dan menurunkan pH. pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi akan terjadi setelah 2 jam. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur, sebagai upaya pencegahan karies secara dini.

3.2 Bagaimana karies dapat terjadi

Proses karies dimulai sebagai suatu area demineralisasi karena hilangnya hidroksi apatif email, dentin, dan sementum. Akibatnya terjadi pelunakan jaringan keras gigi dan terbentuk karies atau lubang gigi. Karies ini jika dibiarkan akan terus berpenetrasi ke jaringan yang lebih dalam. Sampai ke pulpa sehingga menimbulkan rasa sakit.

Dijelaskan bakteri dalam plak dan karang gigi yang sangat dominan dalam menyebabkan karies gigi adalah streptococcusmutans. Bakteri kariogen ini mempunyai kemampuan untuk memetabolisme gula secara cepat menjadi asam yang dapat merusak permukaan gigi. “Makanya sisa gula-gula yang masih menempel di gigi, menjadi salah satu faktor pemicu utama,”

Penyakit gigi ini dapat menimbulkan rasa sakit, rendah diri, berkurang produktifitas bahkan mengganggu pertumbuhan. Karies gigi atau biasa disebut gigi kerowok adalah kerusakan pd struktur jaringan keras gigi (email, dentin) yang diakibatkan oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi.

Proses terjadinya karies gigi disebabkan oleh adanya interaksi antara gigi (tuan rumah), bakteri (penyebab), karbohidrat (lingkungan yg memfasilitasi), serta waktu. Proses terjadinya karies gigi diawali oleh terjadinya pelepasan kalsium pd email, sehingga menyebabkan terjadinya bercak putih (white spot) pada permukaan gigi yang ditumpuki oleh plak gigi.

Biasanya pada daerah cekungan-cekungan gigi, leher gigi di dekat gusi atau permukaan samping antara gigi. Pada kondisi ini masih bisa kembali pada keadaan semula (reversible) apabila plak gigi dibersihkan dan diolesi flour.

Apabila dibiarkan berlangsung terus akan berkembang menjadi suatu lubang pada email gigi, tapi penderita belum merasakan adanya rasa sakit, sehingga biasanya tidak disadari oleh penderita. Sakit gigi sering dianggap penyakit sepele, terutama bagi orang yang belum pernah menderita sakit gigi. Sakit gigi memang bukan merupakan penyakit berat dan mematikan seperti halnya kanker atau tumor. Namun akibat yang ditimbulkan sakit gigi dapat mengganggu aktivitas kerja sehari-hari. Kondisi ini sudah tidak dapat kembali seperti semula sehingga harus ditambal agar karies tidak berkembang terus.

3.3 Bagaimana cara mengatasi karies

Mencegah karies gigi lebih baik/murah daripada mengobati. Dalam upaya pencegahan penyakit/karies gigi ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu memperkuat gigi dengan pemberian suplemen, flour dan calsium misalnya pada susu atau minuman.

Untuk pemberian flour harus hati-hati jangan berlebihan justru dapat merusak struktur gigi, membersihkan gigi dari plak dan sisa-sisa makanan, mengontrol diet makanan.

Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi, sebuah perawatan dapat dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuahan gigi untuk mengembalukan bentuk, fungsi, dan estetika. Namun belum diketahui cara bagaimana untuk meregenerasi secara besar-besaran pada struktur gigi. Maka, organisasi kesehatan gigi terus menjalankan penyuluhan untuk mencegah kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga kesehatan gigi dan makanan.

KESIMPULANNYA

1. Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang.

2. Jenis-jenis karies:

- karies insipiens

- karies superfisialis

- karies media

- karies profunda

3. Faktor utama penyebab karies

  1. Host gigi dan saliva

2. Agent : Bakteria kariogenik 3. Environment : Substrat (Sukrosa) 4. Waktu

Faktor lain penyebab karies

1. Air liur

2. Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan

3. Penggunaan tembakau

4. Plak

4. Proses terjadinya karies

  • Partikel makanan yang tidak dibersihkan bertumpuk menjadi plak.
  • Di dalam plak hidup berbagai bakteri, terutama jenis streptokokus mutans, atau laktobasilus.
  • Bila anak sering makan mengandung gula atau sukrosa, bakteri akan menggunakan sukrosa dan membentuk asam organik.
  • Bila suasana sekitar gigi menjadi asam, mineral kalsium dan fosfor akan lepas dari gigi terjadi proses demineralisasi.
  • Karena hilangnya mineral, gigi menjadi rapuh dan akhirnya berlubang.

5. Cara mencegah karies

  • Menggosok gigi adalah salah satu tindakan pencegahan karies.
  • Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.
  • Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan.
  • Pengonsumsian permen karet dengan xilitol dapat melindungi gigi.
  • Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies

KESEHATAN RONGGA MULUT
Dalam rangka memperingati Organ Donor Awareness Month bulan April ini, University of Southern California School of Dentistry berusaha meningkatkan kesadaran betapa pentingnya kesehatan rongga mulut baik bagi pendonor maupun resipien organ. Immunosuppressant seperti cyclosporine, prednisone, dan azathioprine, merupakan obat-obatan anti-rejection yang biasa dipakai untuk mengurangi kemungkinan kegagalan transplantasi. Sayangnya, obat-obatan ini dapat menurunkan produksi saliva yang mengakibatkan dry mouth, suatu kondisi yang sempurna untuk terjadinya infeksi. Dr. Hessam Nowzari, pemimpin dari program Advanced Periodontics sekolah tersebut, mengatakan bahwa penelitian mereka telah menunjukkan bahwa active viral infection sering dihubungkan dengan komplikasi klinis yang parah, termasuk kegagalan transplan. Stres, immunosuppressant ataupun disfungsi imun dapat memicu aktivasi virus yang dapat mengakibatkan kerusakan pada organ transplan. Dia juga menambahkan bahwa infeksi human cytomegalovirus secara spesifik berhubungan dengan kegagalan transplan ginjal. Oleh karena itu, perawatan kesehatan rongga mulut sebagai usaha untuk mencegah infeksi merupakan kunci sukses dari transplantasi. Pencegahan infeksi pada rongga mulut pada pasien transplan organ juga sama pentingnya dengan memberikan perhatian pada perawatan luka ataupun infeksi pada bagian tubuh yang lainnya. Pada pasien dewasa, perawatan rongga mulut lebih difokuskan dalam menghentikan perkembangan penyakit periodontal. Pada pasien anak-anak, rencana perawatan bisa meliputi pendekatan yang lebih agresif seperti pencabutan gigi sulung yang karies untuk mengendalikan penyebaran infeksi dan mencegah kerusakan pada gigi permanen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar :